Rabu, 18 Januari 2012

Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasihat Salaful Ummah




Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasihat Salaful Ummah

Senin, 19 Januari 2004 07:55:09 WIB

Segala puji hanya bagi Allah Rabbul Alamin,shalawat serta salam Allah semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya yang paling mulia, penutup para nabi-nabiNya, juga kepada segenap keluarga,shahabat dan ikhwan-nya yang berpegang teguh dengan sunnahnya dan berpedoman kepada petunjuknya hingga hari pembalasan.

Nasihat termasuk bagian dari amar ma’ruf nahi munkar yang sangat penting dalam Islam.Sementara itu masih banyak kaum Muslimin yang belum mengenal hakikat nasehat [1] ,sehingga salah kaprah dalam menilainya.Anggapan bila nasehat adalah celaan ,penghinaan bahkan bisa jadi diidentikan dengan pengkafiran.Dan kesan ini begitu dimasyarakatkan dalam masa pamungkas ini,dimana slogan seperti : damai itu indah,indahnya kebersamaan, biarkanlah masing-masing dalam amalnya,jangan mengunting dalam lipatan dan lain-lain sejenisnya mencuat dan ditelan bulat-bulat sebagai benteng pencegah dari amalan (khususnya) nasehat nahi mungkar.

Kesan tersebut terus digembar-gemborkan layaknya dagangan ,sebagai resep jitu menguatkan status quo melestarikan hal-hal yang dianggap ibadah yang tidak sesuai dengan Islam atau cuma ndompleng dengan stempel nama Islam alias tetep me-lestari-ken acara paguyuban bid’ah dan formula yang pas-pasan buat mempertahankan pendapat yang jauh dari Sunnah seperti bolehnya demokrasi pemilu ,dll.

Dalam kesempatan ini ,kami hadirkan nasihat ulama [2] berkaitan dengan hal-ihwal bid’ah semoga dapat menjadi maslahat bagi kita semua.,mengamalkan apa yang telah disabdakan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang dilansir dari jalan Shahabat Tamin Ad Dari radhiallahu anhu :

“Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:”Agama adalah nasihat.”Kami bertanya,”Untuk siapa?”Beliau menjawab,”Untuk Allah Subhanahu wa ta'ala ,KitabNya,RasulNya,dan pemimpin dan umumnya kaum muslimin. [dikeluarkan oleh banyak para imam ahli hadits:Muslim dalam shahihnya: 2/37;Ahmad dalam Musnadnya 4/102-103;Abu Daud dalam Sunan no.4944,An Nasaa’I 7/157,dll]



Karang Tengah,Syawal 1424H

Abu Ismail.email: apriadi27ETyahoo.com




Ibnu Taymiyah dalam Al Fatawa (I/2460 berkata:

“Perkataan-perkataan yang dinukil dari para ulama Salaf perlu diperhatikan dan dipahami benar-benar lafaznya dan perlu akurat dalam menempatkan perkataan-perkataan tersebut sebagai dalil sebagaimana keterangan dari Al Qur’an dan Al Hadits.

[lih. Ar Radd al mufhim, pasal 7 ,syaikh Al Albani]


Catatan:

[1] Imam Ar Raghib,beliau berkata (dalam Al Mufradat: 494),”Nasehat adalah memilih perbuatan dan perkataan yang ada kemaslahatan bagi pelakunya.”

untuk lebih detail masalah “fiqh nasihat” coba lihat postingan terdahulu di mailist ini.

[2] Yakni atsar-atsar Ibnu Mas’ud dan Fudhail bin Iyadh yang diambil dari Lamurud Durri Al Mantsuri Hiina al Qaul al Ma’tsur, karangan Abu Abdillah Jamal bin furaihan al Haritsy, edisi Indonesia :Kilauan Mutiara Hikamh Dari Nasihat Salaful Ummah , tarjim: Idral Harits, Penerbit Pustaka As Salaf ,cet 1 Juli 1998



******PERKATAAN IBNU MAS’UD********
6. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah !! Sebab sungguh itu telah cukup bagi kalian. Dan (ketahuilah) bahwa setiap bid’ah itu sesat.

(Ibnu Nashr: 28 dan Ibnu Wudldlah: 17)

8. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Berpeganglah kamu dengan ilmu (As Sunnah) sebelum diangkat, dan hati-hatilah kamu dari mengada-adakan hal yang baru (bid’ah) dan melampaui batas dalam berbicara dan membahas suatu perkara , hendaknya kalian tetap berpegang dengan contoh yang telah lalu."

(ad-Darimiy 1/66 no. 143 , Al Ibanah Ibnu Baththah 1/324 no. 163 , Al-Lalikai 1/87 no. 108 dan Ibnu Wadldlah 32)

9. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada sungguh-sungguh di dalam bid’ah.

(Ibnu Nashr 30, Al-Lalikai 1/88 n0. 114 dan Al-Ibanah 1/320 no. 161)


** Syaikh Ali Hasan dalam ilmu ushul bida’ mengatakan : “Kata-kata mutiara ini juga diriwayatkan dari banyak shahabat diantaranya Abu Darda’ dan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhuma, seperti yang disebutkan dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah (no. 114 & 115),…

Sederhana dalam sunnah maksudnya tetap dalam AsSunnah meskipun hanya mengamalkan perkara yang wajib (saja). Ini termasuk orang-orang pilihan seperti yang dikatakan dalam firman Allah surat al-Fathir :32.

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Juga seperti halnya diungkapkan oleh Abul Ahwas :”Wahai Sallam tidurlah dengan cara sunnah dan itu lebih baik bagimu daripada bangun malam dengan cara bid’ah.”

24. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Hai manusia tetaplah kalian ta’at dan berada dalam al-jama’ah karena sungguh ia itu adalah tali Allah yang Ia perintahkan berpegang dengannya dan sesungguhnya apapun yang tidak disukai dalam jama’ah jauh lebih baik daripada apapun yang disukai di dalam perpecahan.”

(Al-Ibanah 1/279 no. 133)


58. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Ketahuilah , hendaknya jangan satupun dari kalian bertaklid kepada siapapun dalam perkara agamamu sehingga (bila) ia beriman (maka) ikut beriman, apabila ia kafir (maka) ikut pula menjadi kafir.

Maka jika kamu tetap ingin berteladan , maka ambillah contoh dari yang telah mati, sebab yang masih hidup tidak aman dari fitnah.”

(Al-Lalaikai 1/93 no. 130 dan Al-Haitsamy dalam Al Majma’ 1/180)

97. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Barangsiapa yang suka memuliakan diennya , maka tinggalkanlah bermajelis dengan ahli ahwa’ sebab demikian itu lebih sulit lepasnya dibanding penyakit kulit.”

(Al Bida’ 57)

150. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Nilailah seseorang itu dengan siapa ia berteman, karena seorang muslim akan mengikuti muslim yang lain dan seorang fajir akan mengikuti orang fajir lainnya. (Al Ibanah 2/477 no. 502 , Syarhus sunnah al-Baghawy 13/70)

151. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Seseorang itu akan berjalan dan berteman dengan orang yang dicintainya dan mempunyai sifat seperti dirinya.” (Al-Ibanah 2/476 no. 499)

152. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Nilailah seseorang itu dengan temannya sebab sesungguhnya seseorang tidak akan berteman kecuali dengan orang yang mengagumkannya (karena seperti dia) .” (Al-Ibanah 2/477 no. 501)

173. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Jika seorang mukmin memasuki masjid yang didalamnya berkumpul 100 orang dan yang muslim hanya satu , ia tentu akan masuk kedalamnya lalu duduk didekatnya. Dan jika seorang munafik memasuki masjid yang didalamnya berkumpul 100 orang dan hanya terdapat satu orang munafik juga, ia akan tetap masuk dan duduk didekatnya.

254. Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata :

“Sungguh saya benar-benar membenci orang yang kosong, tidak beramal untuk dunia dan tidak beramal pula untuk akhirat.”

(Bayan Fadhli ilmis salaf hal. 38)



*********PERKATAAN FUDHAIL BIN IYADH**********


65. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Siapa yang duduk dengan ahli bid’ah maka berhati-hatilah darinya, dan siapa yang duduk dengan ahli bid’ah tidak akan diberi al-hikmah. Dan saya ingin jika antaqra saya dan ahli bid’ah ada benteng dari besi yang kokoh. Dan saya makan di samping Yahudi dan Nashrani lebih saya sukai daripada makan di sebelah ahli bid’ah”.

(Al-Lalikai 4/638 no. 1149)

87. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Saya telah mendapatkan bahwa sebaik-baik manusia seluruhnya adalah ahli sunnah dan mereka senantiasa melarang bergaul dengan ahli bid’ah.”

(Al-Lalikai 1/138 no. 267)

90. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Jangan kamu duduk (bermajlis) bersama ahli bid’ah sebab sesungguhnya saya khawatir kamu tertimpa laknat”.

(Al-Lalikai 1/137 no. 261-262)

91. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Hati-hatilah kamu (jangan) masuk kepada ahli bid’ah karena sesungguhnya mereka itu selalu menghalangi orang dari al haq”.

(Al-Lalikai 1/137 no. 261-262)


99. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Ahli bid’ah itu , jangan kamu mempercayainya dalam soal agamamu dan jangan ajak dia bermusyawarah dalam urusanmu dan jangan duduk dengannya. Maka siapa yang duduk dengannya Allah wariskan kepadanya kebutaan (dari al haq).”

(Al-Lalikai 1/138 no. 264)

122. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Jauhilah olehmu duduk dengan orang yang dapat merusak hatimu, dan jangan duduk dengan pengekor hawa nafsu, karena sesungguhnya saya khawatir kamu terkena murka Allah.”

(Al-Ibanah 2/462-463 no. 451-452)

132. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Siapa yang menghormati ahli bid’ah berarti ia memberi bantuan untuk meruntuhkan Islam, dan siapa yang tersenyum kepada ahli bid’ah maka ia telah menganggap remeh apa yang diturunkan Alllah Azza Wa Jalla kepada Muhammad Shalalllahu ‘alaihi wa sallam . Dan siapa yang menikahkan puterinya kepada mubtadi’ (ahli bid’ah) , maka ia telah memutuskan hubungan silaturahminya, dan siapa yang mengiringi jenazah seorang mubtadi’ akan senantiasa berada dalam kemarahan Allah sampai ia kembali.” Ia juga mengatakan :” Saya makan bersama Yahudi dan Nashrani dan tidak makan bersama mubtadi’

(Syarhus Sunnah 139)

172 Al-FudhaIL Bin Iyadl mengomentari hadits :

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :” Ruh-ruh itu adalah sepasukan tentara , maka yang saling mengenal akan bergabung dan yang tidak mengenal akan berselisih.”

(Shohih , Bukhory 3158 dan Muslim 2638)

“Tidak mungkin seorang sunny (ahlu sunnah) akan berbasa-basi kepada ahli bid’ah kecuali jika ia dari kalangan munafiq.”

(lih. Ar-Rad ‘alal Mubtadi’ah li Ibni Al-Banna)

181. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Siapa yang masuk kepada ahli bid’ah , maka tidak ada kehormatan baginya.”
(Al-Lalikai no. 282)

232. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Ikutilah jalan-jalan petunjuk ! Dan tidak akan merugikanmu meskipun sedikit orang yang menempuhnya. Sebaliknya jauhilan jalan-jalan kesesatan!! Dan janganlah tertipu dengan banyaknya orang-orang yang celaka di dalamnya” (Al I’thisham 1/112)

247. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

“Saya lihat jiwaku ini , ramah bergaul dengan mereka yang dinamakan teman.Maka saya lihat dari pengalaman , ternyata kebanyakan mereka adalah orang-orang yang iri (dengki) dengan nikmat teman-nya. Dan mereka tidak menyembunyikan kekeliruan teman-nya , juga senang mengabaikan hak teman duduknya, juga tidak mau membantu teman-nya dengan harta mereka.Maka ketika saya perhatikan perkara ini , ternyata kebanyakan teman itu iri dengan kenikmatan orang lain.

Padahal Allah yang Maha suci sangat cemburu kepada hati seorang mukmin yang cernderung jinak dengan sesuatu (selain Allah) . maka Ia keruhkan dunia dan penghuninya agar si Mukmin hanya menyenangiNya (jinak kepada Allah).

Maka sepantasnya kamu menganggap semua mahluk itu sebagai kenalan dan jangan kamu tampakkan rahasiamu kepada mereka . Jangan anggap sahabat orang yang tidak cocok untuk digauli tetapi pergaulilah mereka secara zahir.

Jangan bergabung dengan mereka kecuali dalam keqadaan darurat dan itupun sejenak saja, kemudian tinggalkanlah mereka. Setelah itu hadapilah urusanmu sambil berserah diri kepada Penciptamu (Allah) sebab sesungguhnya tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan selain Allah dan tidak ada yang dapat menolak kejelekan kecuali Dia.”

(Al I’thisham : 1/158)


248. Al-FudhaIL Bin Iyadl berkata :

Apabila terjadi kekasaran diantara kamu dan seseorang, maka berhati-hatilah kamu darinya. Jangan kamu harapkan persahabatan yang murni dan mempercayainya, sebab sesungguhnya dia akan selalu memperhatikan tindak-tandukmu, sedangkan kedengkian nya tersembunyi.

Adapun orang yang awam maka menjauh dari mereka merupakan keharusan. Karena mereka tidak termasuk jenismu, maka apabila terpaksa duduk bersama dalam majelis mereka maka (lakukanlah) sesaat saja dan jagalah kewibawaan dan kewaspadaanmu, sebab bisa jadi kamu mengucapkan satu kata dan mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang keji.

Jangan kamu menyuguhkan ilmu kepadqa orang yang jahil dan (jangan pula) kamu suguhkan orang-orang yang lalai dengan fiqh dan orang yang dungu dengan keterangan (al bayan), tapi perhatikanlah apa yang menyelamatkan mereka dengan lemah lembut dan berwibawa.

Jangan meremehkan musuh-musuhmu karena mereka mempunyai tipu daya yang tersembunyi, dan kewajibanmu hanyalah bergaul dan berbuat baik kepada mereka secara zhahir. Dan termasuk di antara mereka adalah orang-orang yang dengki , maka tidak pantas mereka mengetahui nikmat yang kamu dapatkan. Dan sesungguhnya al-‘ain itu haq , sedangkan bergaul dengan mereka secara zahir itu harus.

(al hujjah 1/304)






Dari kitab:

Lamurud Durri Al Mantsuri Hiina al Qaul al Ma’tsur,
karangan Abu Abdillah Jamal bin furaihan al Haritsy,
edisi Indonesia :Kilauan Mutiara Hikamh Dari Nasihat Salaful Ummah ,
tarjim: Idral Harits, Penerbit Pustaka As Salaf ,cet 1 Juli 1998






Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=59&bagian=0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar